HomeEBOOKS AM*EBOOKS LS*EBOOKS ED*EBOOKS LG*EBOOKS GN**ARTICLES**JADWAL KULIAH.2011/2012**VIDEO WordLinx - Get Paid To Click free counters

Minggu, 28 Agustus 2011

INTERFERENSI

Interferensi
Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weireich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Menurut Alwasilah (1985:132) mengatakan interferensi berarti adanya saling pengaruh antar bahasa.Pengaruh itu dalam bentuk yang paling sederhana berupa pengambilan satu unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam hubungannya dengan bahasa lain.Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Lado dan Sunyono (1979:13) pengaruh antar bahasa itu dapat juga berupa pengaruh kebiasaan dari bahasa pertama (ibu) yang sudah dikuasai penutur ke dalam bahasa kedua.
a. Jenis-jenis Interferensi
Menurut Weinreich (1953:39) mengidentifikasikan empat jenis interferensi sebagai berikut:
1. Pemindahan unsur dari satu bahasa ke bahasa lain.
2. Perubahan fungsi dan kategori unsur karena proses pemindahan.
3. Penerapan unsur-unsur yang tidak berlaku pada bahasa kedua ke dalam bahasa pertama.
4. Pengabaian struktur bahasa kedua karena tidak terdapat padanannya dalam bahasa pertama.
Menurut Suwito (1983:55) menjelaskan bahwa interferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan, yaitu bidang tata bunyi, tata kalimat, tata kata dan tata makna.Disamping itu Weinreich (1953:14-47) juga membagi bentuk-bentuk interferensi atas tiga bagian, yaitu interferensi fonologi, interferensi leksikal, dan interferensi gramatikal.
a. Interferensi dalam Bidang Fonologi
Weireich menyebutkan adanya interferensi dalam bidang bunyi, ternyata dalam interferensi bahasa Minangkabau terhadap bahasa Indonesia ditemukan interferensi dalam bidang fonem dan dalam bidang bunyi atau fonetik.Akan tetapi, tampaknya interferensi pada beberapa orang saja dan tidak bersifat umum.Misalnya, beberapa orang yang berasal dari beberapa daerah Payakumbuh dan Solok memindahkan bunyi [d] dan [t] ke dalam percakapan bahasa Indonesia.
Contoh:

BMK dialek PK,S
BI
[dari tadi]
[dituka]
[babedo] --
--
-- [dari tadi]
[ditukar]
[berbeda] ‘dari tadi’
‘ditukar’
‘berbeda’

Setelah mengadakan pengklasifikasian data maka dapat diformulasikan bagaimana proses interferensi fonologi dari bahasa Minangkabau terhadap bahasa Indonesia.
a. Pemindahan fonem konsonan bahasa Minangkabau

b. Pemindahan vokal bahasa Minangkabau


Beberapa proses fonologi bahasa Minangkabau dalam peristiwa tutur bahasa Indonesia dapat kami rumuskan sebagai berikut:
a. Penambahan fonem konsonan

b. Penghilangan fonem konsonan

c. Perubahan fonem konsonan

d. Penghilangan fonem vokal

e. Perubahan fonem vokal

B. Interferensi dalam bidang Leksikal
Interferensi dalam bidang leksikal terjadi apabila seorang dwibahasawan dalam peristiwa tutur memasukkan leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa kedua atau sebaliknya.Dalam hal interferensi leksikal, kami menganalisisnya berdasarkan pembagian kelas kata.Setelah mengklasifikasi data, kami hanya menemukan lima kelas kata yang mengalami interferensi leksikal, yaitu kelas verba, kelas adjektiva, kelas nomina, kelas pronominal, dan kelas kata numeralia.
Contoh :
a. Kelas Kata Verba

b. Kelas Kata Adjektiva

c. Kelas kata Nomina

d. Kelas Kata Pronomina

e. Kelas Kata Numeralia

C. Interferensi dalam Bidang Gramatikal
Interferensi dalam bidang Gramatikal terjadi apabila dwibahasawan mengidentifikasikan orfem, kelas morfem, atau hubungan ketatabahasaan pada sistem bahasa pertama dan menggunakannya dalam tuturan bahasa kedua dan demikian sebaliknya.
Menurut Weinreich (1953:1) bahwa gejala interferensi itu berupa fonik, grammatical (morfologi dan sintaksis) dan leksikal.Jadi interferensi yang terjadi pada bidang morfologi dan sintaksis dimasukkan ke dalam bidang gramatikal.
1. Interferensi Morfologi
Interferensi dalam bidang morfologi dapat terjadi antara lain pada penggunaan unsur-unsur pembentukan kata, pola proses morfologi dan proses penanggalan afiks.
A. Afiksasi
Proses pembentukan kata pada bagian aksasi ini, dalam BMK ada afiks yang melekat pada kata dasar da nada afiks yang melekat pada kata ulang.Bentuk-Bentuk seperti ini tampaknya tetap dipakao dalam peristiwa tutur bahasa Indonesia orang Minangkabau.
1) Awalan
a) Awalan /ba-/
Misalnya: [Ini pasahabatan orang basalam Pa]
‘Iko kawan urang basalam Pak’
‘Ini persahabatan Pak orang bersalam’
Awalan /ba-/ dalam BMK dapat disejajarkan artinya dengan awalan /ber-/ dalam bahasa Indonesia.
b) Awalan /ma-/
c) Awalan /man-/
d) Awalan /mang-/
e) Awalan /ta;/
f) Awalan /di-/
g) Awalan /pa-/
h) Awalan /sa-/
2) Akhiran
a) Akhiran /-nya/
b) Akhiran /-kan/
c) Akhiran /-an/
3) Imbuhan gabungan
a) Imbuhan gabungan /di-nya/
b) Imbuhan gabungan /mang-ing/
c) Imbuhan gabungan /mang-kan/
d) Imbuhan gabungan /man-nyo/
e) Imbuhan gabungan /kadi-kan/
f) Imbuhan gabungan /ka-an/
B) Perulangan
a. Perulangan seluruhnya
b. Perulangan dengan mendapat awalan
c) Perulangan dengan mendapat awalan dan akhiran
d) Pemajemukan
2. Interferensi bidang Sintaksis
Interferensi bidang sintaksis antara lain meliputi penggunaan kata tugas bahasa pertama pada bahasa kedua atau sebaliknya, pada pola konstruksi frase.Interferensi sintaksis dapat dilihat dalam uraian contoh berikut:
a. Dia tidak ikut doh dengan saya
Inyo indak paid oh jo ombo (BM)
‘Dia tidak ikut dengan saya’
BY CARNY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar