Silent way Method
Silent way adalah metode
pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh Caleb Gattegno.Gategno terkenal dengan
minatnya terhadap tongkat kayu yang berwarna yang disebut dengan batang
Cuisenaire dan rangkaian kata-kata yang berseri dan berwarna.Merupakan suatu
pendekatan terhadap pengajaran membaca awal dimana suara dilambangkan dengan
kode tertentu.Olehkarena itu dapat kita simpulkan bahwa guru harus sebanyak
mungkin diam di kelas sedangkan siswa dimotivasi agar dapat berbicara sebanyak
mungkin.Elemen dari silent way, khususnya dalam penggunaan kartu berwarna dan
grafik batang Cuisenaire berwarna, hal ini sebelumnya merupakan inspirasi dari
Gattegno sebagai perancang pendidikan membaca dan matematika.
Hipotesis menurut Gattegno
tentang belajar sebagai berikut:
1.
Belajar merupakan
fasilitas yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menemukan sendiri dari
mengingat dan mengulangi apa yang sudah dipelajari.
2.
Belajar merupakan
fasilitas yang diberikan oleh objek fisik.
3.
Belajar merupakan
fasilitas dalam yang diberikan untuk memecahkan masalah terhadap apa yang
dipelajari.
Desain
Tujuan umum silent
way untuk membentuk pembelajaran bahasa agar lancer dalam belajar bahasa asli
sama dengan bahasa target, pengucapann yang benar, serta penekanan dalam
menguasai unsur-unsur prosodi bahasa sasaran.Sedangkan tujuan khusus yakni
untuk menyediakan siswa pengetahuan praktis tentang dasar-dasar tata
bahasa.Agar terbentuk siswa yang belajar secara mandiri.Gattegno membahas
tentang kursus bahasa pada tingkat SD.Yakni bertujuan agar siswa harus dapat
menjawab pertanyaan tentang diri mereka sendiri, pendidikan mereka, keluarga
mereka, peristiwa yang terjadi sehari-hari dengan pengucapan tekanan suara yang
baik baik dengan cara lisan maupun
tertulis.
Silabus
Pada dasarnya silent way mengadopsi
silabus berbentuk dasar-dasar struktur , dengan pelajaran masalah sekitar tata
bahasa dan kosa kata.Gattegno tidak memberikan secara rinci tentang leksikal
dan gramatikal.Tidak ada silabus silent way secara umum.Tetapi dari hasil
pengamatan program silen\t way yang dikembangkan oleh Peace Corp dalam
mengajarkan berbagai bahasa pada tingkat dasar.Oleh karena itu bahasa sesuai
kompliksitas gramatikal mereka, lalu menghubungkan dengan apa yang diajarkan
sebelumnya, dan materi pelajaran yang lebih mudah bias ditampilkan dengan cara
visual.Biasanya imperative merupakan struktur yang pertama diajarkan karena
kata kerjanya mudah diajarkan dengan silent way.Materi pelajaran tentang angka
diajarkan di awal kursus, karena angka-angka sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari serta mudah untuk didemontrasikan.Preposisi juga diajarkan di awal
silabus dengan alasan yang sama.Selain preposisi, angka, kata ganti, kata
bilangan, kata-kata perbandingan juga diajarkan diawal kursus.
Bentuk kegiatan
belajar dan mengajar.
Kegiatan belajar mengajar dalam
silent way memiliki fungsi untuk mendorong respon siswa secara oral tanpa
intruksi langsung dari guru.Metode dasarnya adalah belajar bahasa secara
sederhana yang mana guru memberi contoh kata, frase, atau kalimat selanjunya
siswa meresponnya.Kartu dan benda lainnya dapat digunakan untuk memperoleh
respon siswa.Guru memberi respon dalam bentuk perintah, pertanyaan, isyarat
visual yang merupakan dasar kegiatan kelas.
Peran siswa
Gattegno melihat pembelajar bahasa
merupakan proses pertumbuhan pribadi yang tumbuh dari diri siswa secara sadar
dan dijadikan tantangan bagi mereka.Siswa dapat mengembangkan kepribadian,
otonomi dan tanggungjawab.Siswa harus sadar bahwa keahlian yang didapatkan
mereka tergantung pada diri sendiri, dan harus menyadari bahwa menggunakan
bahasa berguna untuk mempelajari bahasa baru.
Peran Guru
Teacher Silence mungkin menjadi hal
yang jarang terjadi, bagi kebanyakan guru bahasa hal ini dilatih secara
tradisional yang menuntut segala aspek silent way.Gattegno mengatakan bahwa
guru itu “mengajar untuk belajar” bukan berarti peran guru dalam silent way
tidak kritis.Gattegno mengantisipasi bahwa dengan menggunakan silent way dapat
mengubah persepsi guru tentang mereka.
Stevick mendefinisikan tugas guru
dalam silent way sebagai berikut:
a.
Untuk mengajar
b.
Untuk menguji
c.
Untuk mendapatkan
jalan keluar.
Meskipun
hal ini tidak tercapai dalam suatu alternative praktik mengajar.Dengan mengajar
biasanya menggunakan praktik non verbal dalam penyajian materi untuk
mendapatkan pemaknaaan.Guru melakukan evaluasi dengan segera dan dilakukan
secara diam-diam dalam memantau peserta didiknya satu sama lainnya bahkan
meninggalkan ruang pada waktu siswa sedang belajar bahasa.
Peran
bahan ajar
Silent way juga dikenal karena sifat
unik sebagai bahan ajar untuk guru melakukan silent.Bahan ajar yaitu berbentuk
satu set balok berwarna, kode-kode, grafik kosa kata, pointer yang semuanya
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara bunyi dan arti dalam bahasa
target.Kelas sering kali menggunakan grafik dalam bahasa asli dan kode warna
secara alamiah selanjutnya siswa memasang warna dengan suara yang terkait.Guru
menggunakan pointer untuk menunjukkan kepada siswa tentang symbol suara yang
dihasilkan.
Community
Language Learning (Komunitas Belajar Bahasa)
Latar Belakang
Community Language Learning (CLL)
merupakan nama sebuah metode yang dikembangkan oleh Charles A. Curran dan
rekan-rekannya.Curran merupakan seorang spesialis dalam konseling dan seorang
professor psikologi di Universitas Loyola Chicago.Dia menerapkan teknik
konseling psikologi untuk belajar atau yang dikenal dengan Konseling Learning
(Penyuluh pelajaran).Komunitas belajar Bahasa merupakan penggunaan teori
Konseling Learning untuk mengajarkan bahasa.
Dalam pengajaran bahasa
Kadang-kadang komunitas belajar bahasa disebut sebagai contoh pendekatan
humanistic.Ada juga terdapat hubungan antara Prosedur CLL dengan orang-orang
pendidikan dwi bahasa khususnya bagian
prosedur dwibahasa sebagai alternatif bahasa atau switching kode.
Mari kita bahas mengenai tradisi-tradisi
komunitas belajar bahasa.Konseling merupakan satu orang memberi nasehat,
bantuan dan dukungan lain yang memiliki masalah.Komunitas belajar bahasa
mengacu pada perumpamaan konseling untuk mendefinisikan kembali peran guru
(konselor) dan siswa(klien) di kelas bahasa.Prosedur dasar CLL dapat ditemukan
dari Konselor dan Klien.Prosedur CLL dapat terjadi demikian yakni Kelompok
siswa duduk dalam lingkaran dengan guru berdiri di luar lingkaran, siswa
berbisik pesan dalam bahasa asli, sedangkan guru menerjemahkan ke dalam bahasa
asing (L2). Siswa mengulang pesan dalam bahasa asing ke dalam kaset, siswa
menulis pesan lebih lanjut dalam bahasa asing dengan bantuan guru, lalu siswa
mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.Selanjutnya kita bias membandingkan
hubungan klien – konseling psikologi dengan hubungan pembelajar – pemerhati
dalam komunitas pembelajar.
a.
Teori Belajar
Berdasarkan
pengalaman Curran, dia membuat kesimpulan bahwa teknik konseling dapat
diterapkan dalam belajar pada umumnya dan pengajaran bahasa secara khusus
(Komunitas belajar bahasa).
Ada dua pendapat tentang Komunitas
Belajar Bahasa; Yang pertama pandangan belajar putative popular dalam budaya
barat, dalam pandangan ini proses intelektual dan factual saja yang dianggap
tujuan utama belajar.Yang kedua pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran
hewan dimana peserta didik menjadi pasif dan keterbatasan mereka terpisah.
Belajar terjadi bila adanya
komunikasi antara guru dan siswa.Proses ini dibagi menjadi lima tahap dan
dibandingkan dengan perkembangan ontogenetik anak yakni;
a.
Tahap pertama yaitu
kelahiran
b.
Tahap kedua yaitu
kemampuan pembelajar meningkat, siswa sebagai anak mulai mendapatkan kebebasan
dari orangtua.
c.
Tahap ketiga yaitu
pembelajar berbicara secara bebas, mungkin perlu untuk menegaskan identitas
diri.
d.
Tahap keempat yaitu
pembelajar dapat menerima kritik.
e.
Tahap kelima yaitu
anak telah menjadi dewasa.
b. Prinsip
dasar CLL
Curran
menyimpulkan bahwa teknik konseling dapat diterapkan dalam pembelajaran dan
pengajaran bahasa.Tugas utama konselor agar pelajar merasa aman dari ancaman
dan kecemasan.Ada berbagai gagasan mengenai persyaratan psikologis untuk
menjadi pembelajar sukses termasuk dalam singkatan SARD.S (Security) artinya
keamanan, A (attention)/(aggression) artinya perhatian dan agresi.CLL mengakui
hilangnya perhatian sebagai indikasi kurangnya keterlibatan siswa dalam
belajar.Agresi berfungsi dengan cara bagaimana cara seorang anak setelah
belajar sesuatu mengambil alih dan menunjukkan kekuatan apa yang telah
dipelajari dengan menggunakan pengetahuan baru sebagai alat untuk dirinya
sendiri.R (retensi)/(refleksi).Jika seluruh siswa terlibat dalam proses belajar
mengajar maka apa yang dipertahankan lalu diinternalisasikan menjadi bagian
pengalaman baru siswa dalam bahasa asing.Refleksi merupakan identifikasi secara
diam-diam dalam rancangan pembelajaran siswa.
D
(diskriminasi) yakni ketika peserta didik telah mempelajari materi, lalu mereka
siap untuk memecahkan masalah mengatasinya dan melihat suatu hal berkaitan satu
sama lainnya.Proses diskriminasi menjadi lebih halus dan akhirnya memungkinkan
siswa untuk menggunakan bahasa untuk menggunakan bahasa untuk tujuan komunikasi
di luar kelas.
c. Jenis
Kegiatan Belajar Mengajar
CLL merupakan
penggabungan dari belajar inovatif dengan belajar konvensional yakni:
1.
Terjemahan. Siswa
membisikan pesan yang ia akan ucapkan, guru menerjemahkan ke dalam bahasa
target dan pelajar mengulangi terjemahan guru.
2.
Kelompok Kerja.Siswa
dapat terlibat dalam tugas-tugas kelompok seperti diskusi kelompok dengan satu
topik, menyiapkan percakapan, menyiapkan ringkasan topic untuk presentasi ke
kelompok lain, menyiapkan sebuah cerita yang akan disajikan kepada guru dan
seluruh siswa.
3.
Merekam.Siswa merekam
percakapan dalam bahasa target.
4.
Transkripsi.Siswa
menuliskan ucapan-ucapan dan percakapan mereka lalu direkam untuk dipraktekkan
dan meanalisis bentuk-bentuk linguistic.
5.
Analisis.Siswa
menganalisis dan mempelajari transkripsi kalimat bahasa target untuk difokuskan
pada penggunaan leksikal tertentu atau pada penerapan aturan tata bahasa
tertentu.
6.
Refleksi dan
Observasi.Siswa mencerminkan dan melaporkan pengalaman di kelas mereka.Sebagai
kelas atau dalam kelompok.Hal ini terjadi sebagai ungkapan perasaan satu sama
lain dan kepedulian terhadap sesuatu untuk dikatakan dan lain sebagainya.
7.
Mendengarkan.Siswa
mendengarkan monolog oleh guru yang melibatkan unsur-unsur dari mereka dalam
interaksi di kelas.
8.
Percakapan
bebas.Siswa terlibat percakapan bebas dengan guru atau siswa lain.Hal ini
mungkin termasuk dalam diskusi tentang apa yang mereka pelajari serta perasaan
mereka tentang apa yang telah dipelajari.
d. Teknik
Kelas Biasa
1. Satu
kelas terdiri dari 6 – 12 siswa yang duduk dengan membentuk lingkaran.
2. Guru
berdiri di luar lingkaran.
3. Seorang
siswa mengucapkan dengan keras pesan menggunakan bahasa pertama.
4. Guru
membisikan pesan dalam bahasa kedua.
5. Siswa
mengulangi pesan dengan suara yang keras untuk teman-teman dengan menggunakan
bahasa kedua.
6. Proses
ini dilakukan berulang-ulang serta dicatat.
7. Pada
akhir kelas catatan ini dimainkan lagi dan ditranskrip.
Kesimpulan
Komunitas
belajar bahasa merupakan metode yang paling responsive dari segi sensitivitas
untuk pelajar.Tujuan komunitas ini terhambat oleh jumlah dan pengetahuan sesame
peserta didik.Guru harus sensitive terhadap bahasa pertama dan bahasa
kedua.Guru harus relative non directive dan siap menerima bahkan mendorong para
remaja untuk bersifat agresi karena ia berusaha untuk bebas.Guru mengajar tanpa
bahan konvensional tergantung pada topik siswa untuk memotivasi kelas.
Sekelompok
peserta didik duduk membentuk lingkaran dengan guru berdiri di luar lingkaran;
siswa berbisik dalam bahasa asli sedangkan silabus yang menjadikan tujuan
menjadi jelas dan evaluasi sulit dicapai.Hal ini focus pada kelancaran bukan
pada ketepatan yang menyebabkan control tidak memadai dari bahasa
sasaran.Manfaat positif dari metode ini yakni berpusat pada peserta didik dan
menekankan sisi humanistik belajar bahasa dan bukan hanya dimensi bahasanya.
Daftar
Pustaka
Richards, Jack C. and Theodore
S. Rodgers, 1999.Approach and Methods in Language
Teaching.United State
America Serikat.Cambride University Press.
Douglas, H.Brown.2000.Principles
of Language Learning and Teaching.Fouth
Edition.Peason Longman.San Francisco State University.
Douglas,
H.Brown.2007.Principles of Language Learning and Teaching.Fifth
Edition.Peason
Longman.San Francisco State University.
Steinberg, Danny D.,Nagata
Hiroshi, Aline, David P. 2001.Psycolinguistics: Language,
Mind, and World.Second
Edition.Person Education
Limited.London.Longman.
KELOMPOK III
COMMUNITY
LANGUAGE LEARNING METHOD
SILENT WAY
DOSEN PENGAMPU: DR.TADKIROATUN
MUSFIROH
OLEH:
M. KARNI HAJIRI, S.Pd.I
KASMUDIN, S.Pd.
ADRIYA, S.Pd.
PPS UNY PRODI LINGUISTIK TERAPAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar