HomeEBOOKS AM*EBOOKS LS*EBOOKS ED*EBOOKS LG*EBOOKS GN**ARTICLES**JADWAL KULIAH.2011/2012**VIDEO WordLinx - Get Paid To Click free counters

Minggu, 28 Agustus 2011

FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT KONTAK BAHASA

FAKTOR PENYEBAB
Kontak bahasa terjadi pada masyarakat terbuka yang dapat menerima anggota dari masyarakat lain (lebih dari satu) maka akan terjadilah yang disebut kontak bahasa.Kontak bahasa terjadi dalam situasi kontak sosial dimana seseorang belajar B2 dalam masyarakat.Kontak bahasa bisa juga berasal dari proses imigrasi individu/kelompok di wilayah baru.
AKIBAT TERJADINYA KONTAK BAHASA
Masyarakat tutur yang tertutup, yang tidak tersentuh oleh masyarakat tutur lain, entah karena letaknya yang jauh terpencil atau karena sengaja tidak mau berhubungan dengan masyarakat tutur lain, maka masyarakat tutur itu akan menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang monolingual.Sebaliknya, masyarakat tutur yang terbuka artinya yang mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lain.Tentunya akan mengalami apa yang disebut kontak bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan sebagai akibatnya.Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa itu adalah apa yang didalam sosiolinguistik disebut bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa.
Situasi Kontak Bahasa
Berikut ini dipaparkan skema tipologi bilingualisme yakni:
a. Situasi sejarah awalnya kontak bahasa yaitu “linguistic archipelago”.
Beberapanya sering tidak dihubungkan dengan bahasa, tiap pembicara dalam daerah yang sama.Beberapa situasi jarang terjadi pada saat ini, hal ini terjadi pada zaman sebelum penjajahan.Misalnya terjadi digurun pasir Amazon dan Australia.Yang mana orang aborigin yang hidupnya bersuku-suku.Dengan sosiolinguistik hal ini termasuk extensive bilingualism.Secara linguistik dengan penyebaran kata dan dasar-dasar grammar dari satu bahasa ke bahasa lainnya.
b. Yang kedua.Kontak bahasa terjadi lebih stabil dengan rumpun bahasa.Seperti bahasa Romawi dengan bahasa Jerman melalui Swizerlan dan Bergia.
c. Yang ketiga .Kontak bahasa terjadi akibat ekpansi penjajahan Eropa.Penjajahan tidak hanya membuat sejumlah masyarakat yang prestise bahasa Eropa meningkat dengan bahasa asli orang daerah tersebut.Masyarakat baru dibuat juga secara asli dengan kasus bahasa Inggris, Perancis, Portugis, Spanyol, dan Australia tetapi sering tidak diakui sebagai bahasa Creole dari Carebbean, Afrika Barat dan Pasifik.
d. Yang keempat. Sebagai refleksi dari bahasa yang telah mereka miliki dari pembicara bahasa minoritas yang dihilangkan dengan bahasa nasional sekitarnya.
Bilingualisme bukan disiplin sebuah ilmu.Hal ini merupakan subjek dari studi untuk masuknya berbagai disiplin ilmu.Disiplin ilmunya dapat berinteraksi dengan kata lain berfungsi secara independen karena berbeda pandangan, metodologi dan terminology.
Ketika terjadi dalam masyarakat, kontak bahasa cenderung kepada sosiologi dan antropologi sosial. Bahasa merupakan fenomina sosial yang terbentuk dalam bagian-bagian masyarakat ke dalam kelompok sosial yang sering direfleksikan ke dalam bentuk linguistik.Sikap orang yang berbahasa terhadap bahasa dalam masyarakat bilingual yang sering dimasukkan dalam nilai dan norma sosial. Dalam berbagai kasus pendekatan sosiologi terhadap bilingual termasuk dalam bahasa secara keseluruhan dengan perbedaan jenisnya, perubahan bahasa secara internal dan aspek-aspeknya.
Akibat terjadinya kontak bahasa yakni:
a. Akibat yang bersifat positif.
Akibat yang bersifat positif yakni dengan terjadinya modernisasi bahasa, konsep bahasa menjadi efektif dan praktis misalnya Facial, Rebounding serta terjadi intelektualisasi terjadi secara efisien dan sub sistem.
b. Akibat yang bersifat negatif.
Akibat yang bersifat negatif yakni dengan terjadinya overestimate dan underestimate serta berasal dari faktor budaya menjadikan perasaan minder.
a. Bilingualisme
Istilah Bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.Yakni penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa.Mackey 1962:12, Fishman 1975:73 menyebutkan bahwa bilingualisme diartikan sebagai pengunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu.Kedua bahasa tersebut yakni :
a. Bahasa Ibunya sendiri atau bahasa pertamanya yang dapat disingkat dengan B1.
b. Bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya yang dapat disingkat dengan B2.
Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual.Orang yang bilingual yang dalam bahasa Indonesia dapat juga dikatakan sebagai dwibahasawan.Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawanan).Selain istilah bilingualism dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Konsep umum bahwa bilingualism adalah digunakannya dua buah bahasa oleh seseorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian telah menimbulkan sejuimlah masalah yang sering dibicarakan dalam topic bilingualisme.
Menurut Dittmar 1976:170 mengemukakan berbagai masalah di antaranya:
a. Sejauhmana taraf kemampuan seseorang akan B2 (B1 tentunya dikuasai dengan
baik) sehingga dia dapat disebut sebagai seorang bilingual?
b. Apa yang dimaksud dengan bahasa dalam bilingualism ini?
Apakah bahasa dalam pengertian langue, atau sebuah kode, sehingga bisa
termasuk sebuah dialek atau sosiolek.
c. Kapan seseorang bilingual menggunakan kedua bahasa itu secara bergantian?
Kapan dia harus menggunakan B1-nya dan kapan pula harus menggunakan
B2-nya? Kapan pula dia dapat secara bebas untuk dapat menggunakan B1-nya
atau B2-nya.
d. Sejauh mana B1-nya dapat mempengaruhi B2-nya atau sebaliknya, B2-nya
dapat mempengaruhi B1-nya.
e. Apakah bilingualism itu berlaku pada perseorangan (seperti disebut dalam
konsep umum) atau juga berlaku pada satu kelompok masyarakat tutur.
Untuk dapat menjawab pertanyaan pertama, sejauhmana penguasaan seseorang terhadap B2 (B1 tentunya dapat dikuasai dengan baik karena merupakan bahasa ibu) sehingga ia dapat disebut sebagai seorang bilingual.Sebelumnya akan penulis paparkan batasan-batasan mengenai bilingualism yang diberikan oleh beberapa pakar yakni:
a. Menurut Bloomfield dalam bukunya yang terkenal Language (1933:56)
mengatakan bahwa bilingualism adalah “kemampuan seorang penutur untuk
menggunakan dua bahasa linguistik”
Konsep Bloomfield mengenai bilingualism ini banyak dipertanyakan dan dipersoalkan orang.Penyebabnya adalah bagaimana mengukur kemampuan yang sama dari seorang penutur terhadap dua bahasa yang digunakannya dan mungkinkah ada seorang penutur yang dapat menggunakan B2-nya sama baiknya dengan B1-nya.Seandainya ada mungkin jarang terjadi ditemui sebab kalau seseorang penutur dapat menguasai B1 dan B2 sama baiknya, berarti orang tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk memperlajari dan menggunakan kedua bahasa itu.
b. Menurut Robert Lado 1964:214) mengatakan bahwa “bilingualisme adalah kemampuan menggunakan oleh seseorang sama baiknya atau hamper sama baiknya yang secara teknis mengacu pada pengetahuan dua bahasa bagaimanapun tingkatannya”
Jadi menurut Robert Lado pengusaan terhadap kedua bahasa tidak perlu sama baik atau hamper sama baiknya; kurangpun boleh.
c. Menurut Haugen (1961) mengatakan bahwa “tahu akan dua bahasa atau lebih berarti bilingual.
Dia juga mengatakan seorang bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua bahasa itu, tetapi cukup kalau bisa memahaminya saja.
Menurut Diebold (1968:10) menyebutkan adanya bilingualisme pada tingkat awal yaitu bilingualisme yang dialami oleh orang-orang terutama anak-anak yang sedang mempelajari bahasa kedua pada tahap perrmulaan.Pada tahap ini bilingualisme itu masih sangat sederhana dan dalam tingkat rendah.Namun, tidak dapat diabaikan karena pada tahap ini terletak dasar biligualisme selanjutnya.
Dari pembicaraan di atas dapat disimpulkan sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan pertama bahwa pengertian bilingualisme arkhirnya merupakan satu rentang berjenjang mulai menguasai B1 (tentunya dengan baik karena bahasa ibu sendiri) ditambah tahu sedikit akan B2, dilanjutkan dengan penguasaan B2 yang berjenjang meningkat sama menguasai B2 itu sama baiknya dengan penguasaan B1.Kalau bilingualisme sudah sampai tahap ini maka berarti seorang penutur yang bilingual itu akan dapat menggunakan B2 dan B1 sama baiknya, untuk fungsi dan situasi apa saja dan dimana saja.Menurut Halliday dalam Fishman 1968:141 mengatakan seorang Bilingual yang dapat menggunakan B2 sama baiknya dengan B1 disebut Ambilingual.Menurut Oksaar dalam Sebeok 1972:481 menyebut hal ini adalah ekuilingual dan menurut Diebol dalam buku Hymes 1964:496 menyebut hal tersebut di atas adalah koordinat bilingual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar